Obon (お盆), juga dikenal sebagai Bon Festival atau hanya Bon, adalah festival tradisional Jepang yang merayakan dan menghormati roh para leluhur. Dirayakan di seluruh Jepang selama lebih dari 500 tahun, Obon merupakan salah satu perayaan terpenting dan paling meriah dalam kalender Jepang. Ini adalah waktu ketika keluarga berkumpul, mengunjungi makam leluhur, dan melakukan berbagai ritual untuk menyambut dan menghibur roh-roh yang kembali. Obon bukan hanya sekadar upacara keagamaan, tetapi juga perayaan budaya yang kaya dengan tarian, musik, dan makanan tradisional.
Sejarah dan Asal-Usul Obon
Asal-usul Obon dapat ditelusuri kembali ke Buddhisme, khususnya legenda tentang Mokuren (Maudgalyayana), seorang murid Buddha yang menggunakan kekuatan spiritualnya untuk melihat ibunya di alam hantu kelaparan. Tergerak oleh penderitaan ibunya, Mokuren meminta nasihat Buddha, yang menyuruhnya untuk memberikan persembahan kepada para biksu setelah retret musim panas mereka. Mokuren mengikuti instruksi ini, dan ibunya dibebaskan dari penderitaannya. Sebagai ungkapan kegembiraan, Mokuren menari, dan tarian ini dianggap sebagai asal mula Bon Odori, tarian Obon tradisional.
Seiring waktu, legenda ini menyebar di seluruh Jepang dan menyatu dengan kepercayaan animisme dan praktik pemujaan leluhur yang telah ada sebelumnya. Obon menjadi waktu untuk menghormati semua leluhur, bukan hanya ibu Mokuren. Periode Obon secara tradisional dianggap sebagai waktu ketika roh leluhur kembali mengunjungi rumah mereka untuk berkumpul dengan keluarga mereka.
Kapan Obon Dirayakan?
Tanggal pasti perayaan Obon bervariasi di seluruh Jepang, karena didasarkan pada kalender lunar. Secara tradisional, Obon dirayakan pada hari ke-15 bulan ke-7 kalender lunar, yang biasanya jatuh pada bulan Agustus dalam kalender Gregorian. Namun, setelah Jepang mengadopsi kalender Gregorian pada awal abad ke-20, beberapa daerah mulai merayakan Obon pada tanggal 15 Juli, yang dikenal sebagai “Shichigatsu Bon” (Obon Juli). Daerah lain, terutama di wilayah Tokyo, terus merayakan Obon sesuai dengan kalender lunar, yang dikenal sebagai “Hachigatsu Bon” (Obon Agustus).
Terlepas dari perbedaan tanggal, inti dari perayaan Obon tetap sama: untuk menyambut, menghibur, dan mengantar kembali roh para leluhur.
Ritual dan Tradisi Obon
Obon ditandai dengan serangkaian ritual dan tradisi yang berbeda, yang masing-masing memiliki makna simbolis yang mendalam. Beberapa tradisi yang paling umum meliputi:
- Pembersihan Makam (Ohaka Mairi): Keluarga membersihkan dan merawat makam leluhur mereka, mencuci batu nisan, mencabut rumput liar, dan menata bunga segar. Ini adalah cara untuk menunjukkan rasa hormat dan menyiapkan tempat peristirahatan bagi roh-roh yang kembali.
- Penyambutan Roh (Mukaebi): Pada malam pertama Obon, api penyambutan, yang dikenal sebagai mukaebi, dinyalakan di depan rumah untuk membimbing roh leluhur kembali ke rumah keluarga. Lentera kertas juga sering digantung untuk membantu menerangi jalan.
- Persembahan (Osonae): Persembahan makanan, seperti buah-buahan, sayuran, nasi, dan air, diletakkan di altar rumah (butsudan) atau di makam. Persembahan ini dimaksudkan untuk memberi makan dan memuaskan roh-roh yang kembali.
- Tarian Bon (Bon Odori): Bon Odori adalah tarian tradisional yang dilakukan selama Obon. Orang-orang berkumpul di sekitar menara yang ditinggikan (yagura) dan menari mengikuti irama musik taiko (drum Jepang) dan lagu-lagu rakyat tradisional. Tarian ini bervariasi dari daerah ke daerah, tetapi umumnya melibatkan gerakan sederhana dan berulang yang mudah diikuti. Bon Odori bukan hanya bentuk hiburan, tetapi juga cara untuk menghibur roh-roh yang kembali dan untuk merayakan komunitas dan kebersamaan.
- Mengirim Roh (Okuribi): Pada malam terakhir Obon, api pengantar, yang dikenal sebagai okuribi, dinyalakan untuk mengantar roh leluhur kembali ke alam baka. Lentera kertas yang telah digunakan untuk menyambut roh-roh tersebut sering dihanyutkan di sungai atau laut, sebuah praktik yang dikenal sebagai toro nagashi.
Signifikansi Budaya Obon
Obon memiliki signifikansi budaya yang mendalam di Jepang. Ini adalah waktu ketika keluarga berkumpul kembali, sering kali melakukan perjalanan jauh untuk mengunjungi kampung halaman mereka. Ikatan keluarga diperkuat, dan kenangan akan leluhur dihidupkan kembali melalui cerita, foto, dan persembahan.
Obon juga merupakan kesempatan untuk merenungkan kehidupan dan kematian. Ini adalah waktu untuk menghormati orang-orang yang telah meninggal dan untuk menghargai warisan yang mereka tinggalkan. Festival ini mengingatkan akan siklus kehidupan dan pentingnya menghormati masa lalu.
Selain itu, Obon merupakan perayaan komunitas dan kebersamaan. Tarian Bon menyatukan orang-orang dari segala usia dan latar belakang, menciptakan rasa persatuan dan kegembiraan. Festival ini juga mendukung ekonomi lokal, karena orang-orang membeli makanan, minuman, dan suvenir untuk merayakan acara tersebut.
Obon di Zaman Modern
Meskipun Jepang telah mengalami modernisasi yang signifikan, Obon tetap menjadi bagian penting dari budaya Jepang. Banyak keluarga terus merayakan Obon dengan cara tradisional, mengunjungi makam leluhur mereka, memberikan persembahan, dan berpartisipasi dalam tarian Bon.
Namun, beberapa aspek Obon telah beradaptasi dengan zaman modern. Misalnya, beberapa keluarga mungkin memilih untuk menggunakan lentera listrik daripada api tradisional untuk menyambut dan mengantar roh. Selain itu, beberapa kuil dan komunitas menyelenggarakan festival Obon yang lebih besar dengan berbagai kegiatan dan hiburan, menarik penduduk lokal dan wisatawan.
Terlepas dari perubahan ini, inti dari Obon tetap sama: untuk menghormati leluhur, merayakan keluarga, dan menghargai komunitas.
Kesimpulan
Obon adalah festival yang kaya dan bermakna yang memiliki tempat khusus di hati masyarakat Jepang. Ini adalah waktu untuk mengenang, menghormati, dan merayakan kehidupan leluhur, serta untuk memperkuat ikatan keluarga dan komunitas. Melalui ritual, tradisi, dan perayaan yang meriah, Obon menghidupkan kembali kenangan masa lalu dan mengingatkan kita akan pentingnya menghormati warisan kita. Saat lentera dinyalakan, tarian dilakukan, dan persembahan diberikan, semangat Obon terus hidup, menghubungkan generasi masa lalu, sekarang, dan masa depan.











